Seseorang pada era 90-an untuk memenuhi kebutuhan akan barang harus berjalan mendatangi pasar, toko atau supermarket dan pada saat ini secara fenomenal hanya duduk di depan komputer atau memakai gawai (gadget) dengan mudahnya memilih, membandingkan harga, dan melakukan transaksi pembelian tanpa mengetahui secara persis siapa penjualnya. Semua terjadi karena pengembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang menghadirkan perdagangan berbasis elektronik (e-commerce).
E-commerce yang mulai dikembangkan sejak tahun 1994 telah tumbuh secara eksponensial. Pasar e-commerce dunia saat ini sebesar USD 2.352 Triliun atau Rp 31.752 triliun. Bahkan salah satu penyedia platform e-commerce di China memecahkan record transaksi sehari sebesar Rp 353 Triliun pada tanggal 11 November 2017 di ajang global shopping festival.
Perkembangan E-Commerce di Indonesia
Pesatnya perkembangan teknologi digital di Indonesia mendorong pertumbuhan perdagangan secara online. Saat ini pengguna internet di Indonesia mencapai penetrasi 51% atau 132,7 Juta pada Januari 2017, dimana 106 juta pengguna media sosial. Populasi Indonesia yang memiliki akses telepon genggam sebanyak 371,4 juta dimana 92 juta adalah pengguna media sosial mobile. Dari jumlah tersebut yang telah melakukan pembelian secara e-commerce di Indonesia sebanyak 24,7 juta atau 9% dari populasi.
Nilai perdagangan e-commerce di Indonesia saat ini nomor 6 Asia Pasifik dan akan tumbuh dengan nilai USD 10,92 milyar atau setara Rp 147,4 triliun di tahun 2018. Namun demikian, tingkat pertumbuhan penjualan e-commerce Indonesia secara B2C menduduki peringkat pertama dengan rata-rata di atas 22% per tahun atau di atas pertumbuhan ekonomi negara-negara lainnya di Asia Pasifik. Data terlampir berdasarkan survei e-marketer.
Penjualan online di Indonesia mengambil porsi penjualan retail sebesar 3,6% pada tahun 2017 dan menjadi 4,8% pada tahun 2019. Berdasarkan analisis Badan Kebijakan fiskal pertumbuhan keseluruhan penjualan retail pertumbuh 55,2% pada tahun 2016. Pasar online e-commerce setiap tahun rata-rata menggerus sebesar 0,65% pasar retail.
E-Commerce, Revolusi Sistem Perdagangan
Perkembangan perdagangan dengan bantuan teknologi digital (E-commerce) melesat luar biasa karena kemampuan memotong rantai suplaydemand. Biaya menjadi semakin efisien, lingkup pemasaran yang tak terbatas, didukung terobosan teknologi keuangan dan kecepatan pengiriman barang.
Semua terjawab dengan revolusi e-commerce yang mampu menyediakan barang sesuai dengan keinginan pembelinya dan bahkan lebih murah lagi. Kondisi yang logis kalau suatu hari mal atau toko yang menjual barang akan menghilang. Namun, Awas Penipuan Internet Banking.
Dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi suatu keniscayaan apabila kemudian pertokoan akan tutup diganti dengan cara online, perbankan akan melakukan down sizing dengan menutup kantor kasnya, percetakan akan menghilang karena buku dan koran cukup melalui e-book dan sejenisnya, penterjemah akan digantikan dengan google translate atau semacam itu dan menghilangkan pekerjaan manual lainnya. Perlu diketahui Teknologi Informasi (TI) Paradoks.
Orang tidak perlu lagi membeli kaset atau disk, karena yang dibutuhkan bukan medianya tetapi bunyi lagu dan gambar di filmya. Orang membeli kaset atau disk karena ingin mendengarkan musik atau filmnya, membeli hiburannya bukan membeli medianya dan saat ini telah dijawab dengan perkembangan dunia online.
Dari sisi keuangan, seseorang tidak menyadari lagi bahwa dengan semakin majunya teknologi keuangan telah menekan peran uang kartal berupa uang kertas dan logam. Bahkan uang giral berupa cek dan surat berharga mulai digantikan dengan uang digital atau virtual. Batas negara terjadinya transaksi menjadi semu.
Kita tidak menyadari saat melakukan pembayaran hotel yang dipesan dan berada di dalam negeri ternyata melakukan pembayaran ke luar negeri sekalipun menggunakan kurs yang sama. Perkembangan uang elektronik dalam bentuk kartu flash, e-money dan sejenis itu telah men-downsizing perbankan.
Perkembangan revolusi sistem pembayaran dengan munculnya uang digital dalam bentuk dompet elektronik dan cryptocurrency seperti bitcoin. Cryptocurrency adalah sebuah teknologi membuat mata uang digital yang menggunakan kriptografi untuk keamanan yang membuatnya tidak dapat dipalsukan.
Saat ini hampir semua negara masih belum mengakui legalitas uang kripto, sekalipun dalam perkembangan uang kripto ini dapat dikonversi menjadi uang kartal. Dengan perkembangan ini telah menciptakan sistem pembayaran dan lalu lintas uang semakin sulit dikenali.
E-commerce pada dasarnya terbagi dua hal, barang yang berwujud (tangible goods) dan barang tidak berwujud (digital goods). Banyak perdiskusian terkait dengan apa itu e-commerce yang konotasinya lebih ke barang secara fisik, apa itu digital econonomy, apa itu e-lifestyle, apa itu digital commerce yang sering dikonotasikan dengan digital goods.
E-Commerce, Sebuah Revolusi Sistem Perdagangan