Air minum isi ulang telah menjadi pilihan populer bagi banyak orang saat ini. Banyak dari kita mungkin telah bergantung pada air minum isi ulang sebagai sumber air minum sehari-hari. Namun, muncul pertanyaan yang relevan, terutama berkaitan dengan keamanan konsumsinya. Benarkah air isi ulang aman untuk dikonsumsi?
Apakah Aman Mengonsumsi Air Isi Ulang?
Air isi ulang mempunyai harga yang murah. Dengan harga yang murah itu pasti banyak yang tidak keberatan untuk sering mengisi jika dispenser di rumah sudah kehabisan stok air minum. Namun pernahkah Anda pernah berpikir, apakah selama ini air isi ulang yang Anda dikonsumsi aman. Dari segi kebersihan botol, peralatan pengisian, serta airnya. Apakah Anda yakin itu baik untuk kesehatan Anda?
Tahukah Anda, ada banyak sekali air isi ulang yang berbahaya untuk dikonsumsi. Salah satunya karena mengandung bakteri yang dapat menyebabkan penyakit.
Air yang layak minum memiliki standar persyaratan tertentu, antara lain kimiawi, fisis serta bakteriologis. Apabila satu saja hal tersebut tidak terpenuhi maka air tersebut jelas-jelas tidak layak untuk dikonsumsi.
Dengan begitu, bisa jadi air yang dibeli oleh Anda tidak memenuhi persyaratan. Salah satu masalah fisis dan kimiawi adalah bau.
Faktor-faktor penting ini kurang karena erat kaitannya dengan teknologi yang digunakan penjual. Apabila teknologinya benar tentu hasilnya akan bagus. Namun ada juga kecurangan teknologi, contohnya proses yang tidak lengkap.
Buruknya Air yang Tercemar
IPB dan BPOM Kesehatan pernah mempublikasikan penelitian. Dari hasil terhadap penelitian depot air minum isi ulang menghasilkan air isi ulang yang tercemar bakteri patogen, antara lain coliform, bahkan logam berat cadmium.
Ditambah dengan pencucian gallon bekasnya yang kembali diisi. Hal itu paling tidak menyumbangkan bakteri sebanyak 5 persen dari total yang ada. Otomatis semakin tidak sehat saja air yang Anda konsumsi.
Sebanyak 50 persen dari air isi ulang mengandung bakteri E.coli. Oleh karena itu, Anda lebih baik memasaknya dulu sebelum diminum.
Selain Anda yang sakit, bayi akan terkena risiko diare 3 kali lebih tinggi daripada bayi yang tidak minum air isi ulang. Hal tersebut disebabkan air itu langsung diminum.
Perlu diketahui, diare adalah penyakit yang menjadi peringkat kedua dalam hal penyebab kematian pada balita. Nah, balita yang sering meminum air tercemar mempunyai risiko yang lebih tinggi.
Hal tersebut menunjukkan sangat pentingnya metode dalam pengolahan air yang efisien dan efektif. Dengan demikian, air akan terbebas dari mikroorganisme yang berbahaya.
Menurut Kepala Proyek Sanitasi dan Higienis, Clarissa Brocklehurst dari UNICEF Water. Akses dalam mendapatkan air yang bersih itu sangat penting bagi anak-anak supaya mereka bisa bertahan hidup dan bisa mengembangkan kemampuan belajar, berkembang, serta meraih sesuatu.
Penyakit lain yang bisa muncul karena mengonsumsi air yang tidak sehat adalah tifus dan hepatitis. Melihat risiko adanya penyakit yang bisa timbul itu tentunya harus membuat kita semakin waspada dan peduli akan kesehatan.
Bakteri-bakteri dalam Air Kotor
Patogen yang terdapat dalam air kebanyakan asalnya dari kotoran hewan atau manusia. Beberapa patogen yang dikenali antara lain giardia lamblia, cryptosporidium, helminthes dan hepatits A.
Bakteri coliform yang terdapat di air minum terbagi menjadi tiga golongan. Ada coliform total, fecal coliform, serta E. coli. Setiap golongan itu mempunyai risiko yang berbeda-beda.
Kemungkinan asal coliform total adalah lingkungan. Tidak mungkin dari pencemaran tinja. Sementara itu, dua lagi terindikasi sangat kuat disebabkan oleh pencemaran tinja. Dua-duanya mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi patogen dalam air.
Fecal coliform dan E.Coli yang sering mencemari air mempunyai risiko yang bisa dirasakan langsung bagi manusia yang mengonsumsinya. Dengan hal seperti ini maka pemerintah harus bertindak dengan cara membuat penyuluhan kesehatan, investigasi serta member solusi agar penyebaran penyakit yang ditularkan lewat air dapat dicegah.
Untuk tahu keberadaan bakteri dalam air memang harus diteliti terlebih di laboratorium. Namun Anda bisa mendeteksi sendiri secara fisik mengenai kelayakan air untuk diminum.
Jika dilihat lewat fisiknya air untuk diminum tidak boleh mempunyai rasa, bau, dan warna (haruslah jernih). Dengan tes laboratorium baru bisa diteliti dari segi kimianya. Air harus bebas dari berbagai kandungan zat kimia yang berbahaya.
Contoh zat kimia yang berbahaya adalah logam berat seperti merkuri, air raksa, aluminium, timbal, klorida, dan besi.
Dinilai dari segi mikrobiologi, di dalam air tidak boleh terkandung berbagai bakteri patogen yang sifatnya racun jadi bisa membuat penyakit. Bakteri yang termasuk patogen adalah Salmonella typhii, E.coli, dan lain-lain. Dikarenakan sudah dilakukan proses sterilisasi seharusnya air minum isi ulang bisa langsung dikonsumsi.
Telah ada penelitian terhadap dua puluh empat air minum. Dari semuanya ada beberapa yang terindifikasi mengandung bakteri. Jumlah indikator mereka adalah TPC1-22 CFU/ml.
TPC dari jumlah total sampel menunjukkan bakteri yang terkandung jumlahnya cenderung meningkat di dispenser air jika dibiarkan dalam jangka waktu tertentu. Peningkatan jumlah bakyeri di dispenser bisa disebabkan oleh reproduksi bakteri yang pada awalnya terkena kontaminasi air minum.
Kemungkinan lainnya bisa berasal dari bakteri yang ada di dispenser itu. Jadi sebelum mengisi dispenser lebih baik Anda membersihkannya dulu. Supaya kontaminasi bakteri ke air minum dari galon tidak terjadi.
Dispenser selalu diisi berulang-ulang, namun ada banyak yang tidak peduli kebersihannya. Sering bagian dalamnya tidak dibersihkan padahal di situ adalah tempat yang memungkinkan tumbuhnya mikroba.
Pencemaran mikroba bisa berkembang di keran yang suhunya normal maupun panas sebab mereka bisa tumbuh di mana saja. Termasuk pada suhu, dingin, normal atau panas.
Dampak dari adanya mikroba di dispenser bisa membuat gangguang pencernaan seperti diare. Orang yang daya tahan tubuhnya rendah bisa terjangkit diare.
Selain artikel ini, kami memiliki artikel biomedik yang bisa memperluas pengetahuan Anda:
Tips Aman Minum Air Isi Ulang
Agar tetap aman untuk mengonsumsi air isi ulang, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan. Salah satunya memperhatikan sanitasi botol kemasan. Caranya antara lain dengan:
- Botol kemasannya dicuci menggunakan sabun pembersih alat dapur yang tidak mempunyai aroma. Salah satu tujuan dari hal itu adalah tidak memengaruhi rasa air yang akan diisikan nanti.
- Jika sudah dibersihkan dengan air. Bilas botol menggunakan air panas yang direbus dalam suhu 80 derajat Celcius.
- Tutup botol sampai rapat dengan plastik yang bersih. Buka tutupnya jika Anda benar-benar pada saat itu juga akan mengisi air minum. Dengan begitu debu tidak dapat dengan mudah masuk.
Perlu Anda ketahui bahwa air isi ulang bagusnya digunakan sekali pakai. Dengan pemakaian harian tidak akan membuat mikroorganisme berkembang. Sama halnya dengan memasak, jika dibiarkan lama apakah akan steril dalam beberapa hari.
Isi ulang air berbeda dengan air di PAM yang kandungan klornya sebesar 0,1 ppm. Memang agak bau. Namun jika kandungan klornya masih sebesar itu, mikroorganisme tidak akan berani masuk ke air.
Bagaimana dengan penjelasan di atas? Sekarang Anda sudah tahu kan apa kemungkinan bahaya yang ditimbulkan dari air minum isi ulang. Memang praktis karena Anda tinggal membeli airnya, kemudian menuangkannya ke dispenser. Namun Anda berani ambil risiko kesehatan?
Apakah Air Minum Isi Ulang Aman?