Kerendahan hati merupakan salah satu nilai yang sangat ditekankan dalam ajaran Yesus Kristus, yang tercatat dalam Alkitab. Dalam perjalanan hidup dan pelayanan-Nya di dunia, Yesus menunjukkan melalui kata-kata dan tindakan-Nya bahwa kerendahan hati adalah inti dari kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Menurut www.studylightforums.org, dalam berbagai perikop Injil, Yesus tidak hanya mengajarkan pentingnya kerendahan hati, tetapi juga memberikan teladan nyata kepada umat manusia bagaimana hidup dalam kerendahan hati yang sejati.
Kerendahan Hati dalam Alkitab
Kerendahan hati yang diajarkan oleh Yesus berbeda dari apa yang sering dipahami dalam pandangan duniawi. Bagi dunia, kerendahan hati sering dianggap sebagai kelemahan atau ketidakmampuan untuk mempertahankan posisi atau martabat. Namun, Yesus mengajarkan bahwa kerendahan hati adalah jalan menuju kebesaran dalam Kerajaan Allah. Konsep ini terbalik dari cara pandang manusia, yang lebih sering mengutamakan kekuasaan, kekayaan, dan pengaruh sebagai ukuran kebesaran.
Pengertian Kerendahan Hati dalam Ajaran Yesus
1. Kerendahan Hati sebagai Pengakuan Terhadap Keterbatasan Diri
Kerendahan hati yang diajarkan oleh Yesus bukanlah sekadar sikap rendah diri atau penurunan status sosial, tetapi lebih merupakan pengakuan akan keterbatasan diri sebagai manusia. Dalam Injil Matius 11:29, Yesus dengan jelas mengatakan, “Ambillah kuk yang kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapatkan ketenangan.” Pernyataan ini mengandung makna bahwa Yesus tidak hanya merendahkan diri, tetapi juga mengundang setiap orang untuk belajar dari keteladanan-Nya dalam mengakui keterbatasan sebagai manusia yang sepenuhnya bergantung pada Allah.
Kerendahan hati ini mengajarkan agar manusia tidak menyombongkan diri atas prestasi atau kekuasaan yang dimiliki, tetapi selalu sadar bahwa semua yang ada berasal dari Allah. Dalam konteks ini, Yesus menunjukkan bahwa hanya dengan kerendahan hati seseorang dapat menemukan ketenangan dan kedamaian sejati yang datang dari pengakuan akan ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan.
2. Kerendahan Hati sebagai Layanan kepada Sesama
Kerendahan hati dalam ajaran Yesus juga dapat dipahami sebagai bentuk pelayanan kepada sesama tanpa pamrih atau keinginan untuk mendapatkan penghargaan. Dalam Injil Markus 9:35, Yesus berkata, “Jika seseorang ingin menjadi yang terkemuka, hendaklah ia menjadi yang paling terakhir dan pelayan dari semuanya.” Dalam kata-kata ini, Yesus mengajarkan bahwa dalam Kerajaan Allah, orang yang benar-benar besar adalah mereka yang mau melayani orang lain dengan tulus tanpa mengharapkan pujian atau keuntungan pribadi.
Yesus sendiri memberikan teladan yang sangat jelas tentang hal ini. Dalam Injil Yohanes 13:4-5, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya, sebuah tindakan yang biasanya dilakukan oleh seorang hamba. Dengan melakukannya, Yesus tidak hanya mengajarkan pentingnya kerendahan hati, tetapi juga menunjukkan bahwa pelayanan yang tulus kepada orang lain adalah bentuk dari kebesaran sejati di hadapan Allah. Tindakan ini menjadi simbol dari kasih yang mengutamakan kesejahteraan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
3. Kerendahan Hati sebagai Jalan Menuju Kerajaan Allah
Ajaran Yesus mengenai kerendahan hati juga menunjukkan bahwa hanya orang-orang yang rendah hati yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dalam Injil Matius 18:3-4, Yesus berkata, “Sesungguhnya jika kamu tidak berubah dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Barang siapa merendahkan diri seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar di dalam Kerajaan Surga.” Yesus menggunakan gambaran seorang anak kecil untuk menggambarkan sikap kerendahan hati yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin memasuki Kerajaan Allah.
Anak kecil di sini melambangkan ketergantungan total kepada orang tua, tanpa kebanggaan atau keinginan untuk menonjolkan diri. Yesus mengajarkan bahwa sikap seperti ini—yang bebas dari kesombongan dan penuh ketergantungan kepada Allah—adalah kualitas yang harus dimiliki oleh orang-orang yang ingin hidup dalam Kerajaan Allah.
Teladan Kerendahan Hati dari Yesus
1. Penyangkalan Diri dan Pengorbanan
Salah satu bentuk teladan kerendahan hati yang paling mencolok dari Yesus adalah melalui pengorbanan diri-Nya di kayu salib. Dalam Injil Filipi 2:6-8, Paulus menulis, “Ia yang, meskipun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan mengosongkan diri-Nya sendiri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.” Pengorbanan ini menunjukkan kerendahan hati tertinggi, di mana Yesus rela menyerahkan hidup-Nya untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Yesus, meskipun memiliki kuasa ilahi, memilih untuk merendahkan diri-Nya dan menjalani hidup yang penuh penderitaan demi keselamatan umat manusia. Pengorbanan ini menunjukkan betapa dalamnya kasih Allah yang diwujudkan melalui kerendahan hati Yesus sebagai hamba yang taat pada kehendak Tuhan.
2. Mengasihi Musuh
Kerendahan hati juga terwujud dalam cara Yesus mengasihi musuh-musuh-Nya. Dalam Injil Matius 5:44, Yesus mengajarkan, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Mengasihi musuh bukanlah hal yang mudah, tetapi Yesus menekankan pentingnya untuk merendahkan diri dan mengampuni, sebagai bagian dari hidup yang mencerminkan kasih Allah yang tidak terbatas.
Melalui pengajaran ini, Yesus mengajarkan bahwa kerendahan hati juga berhubungan dengan kemampuan untuk mengatasi kebencian dan membalas kejahatan dengan kebaikan. Ini adalah nilai yang sangat tinggi dalam ajaran Kristiani, yang tidak hanya mengubah cara pandang terhadap musuh, tetapi juga mengundang umat untuk hidup dalam kedamaian dan kasih.
Kesimpulan
Kerendahan hati adalah nilai yang sangat penting dalam ajaran Yesus dan tercermin dalam berbagai aspek kehidupan-Nya. Dari pengakuan akan keterbatasan diri, pelayanan tanpa pamrih, hingga pengorbanan-Nya di kayu salib, Yesus menunjukkan bahwa kerendahan hati bukanlah bentuk kelemahan, melainkan kekuatan yang membawa kedamaian dan keselamatan. Ajaran tentang kerendahan hati ini tidak hanya relevan pada masa Yesus, tetapi tetap menjadi pedoman hidup bagi umat Kristiani hingga saat ini.
Melalui kerendahan hati, seseorang dapat lebih dekat dengan Tuhan, hidup dalam kasih, dan melayani sesama dengan tulus. Kerendahan hati yang sejati membawa seseorang untuk mengutamakan kepentingan orang lain, serta hidup dalam ketaatan dan ketergantungan penuh kepada Tuhan. Sebagai pengikut Kristus, kerendahan hati menjadi salah satu nilai utama yang harus dihidupi dalam kehidupan sehari-hari, untuk mencerminkan kasih dan pengorbanan yang telah Yesus tunjukkan bagi umat manusia.